Home » Seputar Logistik » Metode LIFO: 4 Fungsi, Contoh dan Cara Menghitungnya

Metode LIFO: 4 Fungsi, Contoh dan Cara Menghitungnya

Metode LIFO 4 Fungsi, Contoh dan Cara Menghitungnya

Dalam dunia akuntansi, terdapat berbagai metode digunakan untuk mengelola stok barang, salah satunya adalah metode LIFO dan FIFO. Bagi mereka yang baru pertama kali mendengar istilah ini, mungkin akan bertanya-tanya apa sebenarnya yang dimaksud dengan kedua metode tersebut. Untuk memahaminya dengan lebih baik, penting untuk mengetahui apa kepanjangan dari FIFO dan LIFO dalam konteks akuntansi.

Pertama, FIFO adalah singkatan dari First In First Out, yang berarti barang pertama masuk ke dalam stok akan menjadi barang pertama juga untuk dikeluarkan atau digunakan. Sementara itu, LIFO merupakan singkatan dari Last In First Out, berarti barang terakhir masuk ke dalam stok akan menjadi pertama untuk dikeluarkan atau digunakan.

Artikel ini akan membahas tentang metode LIFO, termasuk definisi, fungsi, langkah-langkah perhitungan, serta kelebihan dan kekurangannya. Mari kita ikuti ulasannya di bawah ini!

Apa itu Metode LIFO (Last In First Out)?

Metode LIFO merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung biaya barang dijual atau digunakan dalam proses produksi. Prinsip dasar dari metode ini adalah bahwa barang atau bahan terakhir masuk atau dibeli akan dianggap sebagai yang pertama digunakan atau dikeluarkan.

Dengan kata lain, dalam metode LIFO, stok yang dijual atau digunakan diasumsikan berasal dari stok terbaru, sementara stok lebih lama tetap ada. Konsep dasar di balik metode LIFO adalah bahwa barang-barang masuk lebih awal atau lebih lama cenderung memiliki biaya lebih rendah dibandingkan dengan barang masuk belakangan atau lebih baru.

Oleh karena itu, ketika perusahaan menggunakan metode ini untuk menghitung biaya barang dijual atau digunakan, biaya barang terbaru lebih tinggi akan diterapkan, pada gilirannya dapat mengakibatkan laba lebih rendah tercatat dalam laporan keuangan.

Dengan demikian, metode LIFO memberikan gambaran lebih realistis tentang biaya barang dijual atau digunakan, terutama dalam situasi di mana harga-harga barang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Meskipun demikian, penggunaan metode LIFO juga memiliki kekurangan, termasuk kompleksitas dalam pencatatan persediaan dan potensi untuk menciptakan laporan keuangan kurang akurat dalam konteks harga-harga terus berubah.

Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat manfaat dan resiko dari penggunaan metode LIFO sebelum menerapkannya dalam praktik akuntansi mereka.

Contoh Metode LIFO (Last In First Out)

Mari kita ambil contoh penggunaan metode LIFO dalam sebuah perusahaan ritel yang menjual sepatu olahraga.

Misalkan pada tanggal 1 Februari, perusahaan tersebut memiliki stok sepatu olahraga sebagai berikut:

  1. 50 pasang sepatu dengan harga beli Rp200.000 per pasang (sepatu pertama masuk)
  2. 30 pasang sepatu dengan harga beli Rp220.000 per pasang (sepatu kedua masuk)
  3. 20 pasang sepatu dengan harga beli Rp240.000 per pasang (sepatu ketiga masuk)

Kemudian, pada tanggal 10 Februari, perusahaan menjual 40 pasang sepatu olahraga.

Dengan menggunakan metode LIFO, kita akan menganggap bahwa stok terjual berasal dari stok terbaru yang masuk, yaitu sepatu dibeli pada tanggal 1 Februari seharga Rp240.000 per pasang. Oleh karena itu, biaya barang dijual akan dihitung berdasarkan harga pembelian terbaru.

Berikut adalah perhitungan biaya barang dijual (Cost of Goods Sold / COGS) menggunakan metode LIFO:

  1. Biaya barang dijual = (Jumlah stok terjual) × (Harga beli per pasang terbaru)
  2. Biaya barang dijual = 40 pasang × Rp240.000/pasang = Rp9.600.000

Dengan demikian, biaya barang dijual pada tanggal 10 Februari adalah sebesar Rp9.600.000 berdasarkan metode LIFO. Dengan menggunakan metode ini, kita mengasumsikan bahwa stok dijual terlebih dahulu berasal dari stok terbaru yang masuk, sehingga biaya barang dijual mencerminkan harga pembelian terbaru.

Cara Menghitung Metode LIFO

Cara menghitung biaya barang dijual (Cost of Goods Sold / COGS) menggunakan metode LIFO melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Tentukan barang apa yang terjual atau digunakan terlebih dahulu.
  2. Identifikasi harga pembelian terbaru dari barang-barang terjual atau digunakan.
  3. Hitung jumlah barang terjual atau digunakan.
  4. Kalikan jumlah barang terjual atau digunakan dengan harga pembelian terbaru untuk mendapatkan biaya barang dijual atau digunakan.

Berikut adalah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung biaya barang dijual (COGS) menggunakan metode LIFO:

Biaya Barang Dijual (COGS)=Jumlah Barang Terjual atau Digunakan×Harga Pembelian TerbaruBiaya Barang Dijual (COGS)=Jumlah Barang Terjual atau Digunakan×Harga Pembelian Terbaru

Dengan menggunakan LIFO, kita mengasumsikan bahwa stok terjual atau digunakan terlebih dahulu berasal dari stok terbaru yang masuk, sehingga biaya barang dijual atau digunakan mencerminkan harga pembelian terbaru.

Penting untuk dicatat bahwa dalam penggunaan praktis, perhitungan metode LIFO biasanya terintegrasi dalam sistem akuntansi perusahaan dan dilakukan secara otomatis oleh perangkat lunak akuntansi.

Perbedaan Metode FIFO LIFO

Setelah memahami konsep FIFO dan LIFO, mari kita telusuri perbedaan antara keduanya.

1. Metode yang Digunakan

Perbedaan utama terletak pada metode penilaian. LIFO (Last In First Out) mengasumsikan bahwa barang terakhir diterima akan dikeluarkan terlebih dahulu. Di sisi lain, FIFO (First In First Out) mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali diterima akan dikeluarkan terlebih dahulu.

2. Stok di Tangan

Perbedaan lainnya adalah dalam hal stok tersedia. Dalam FIFO, stok tersedia dianggap sebagai stok paling baru atau terkini, sementara dalam LIFO, stok tersedia dianggap sebagai stok paling lama atau yang sudah ada dalam persediaan lebih lama.

3. Harga Pokok Penjualan

FIFO dan LIFO juga memiliki perbedaan dalam menentukan harga pokok penjualan. Pada metode LIFO, harga pokok penjualan mencerminkan harga pasar saat ini, yaitu harga barang terakhir kali dibeli.

Sedangkan pada FIFO, harga pokok penjualan didasarkan pada harga barang yang masih tersimpan dalam stok, yang mungkin memiliki harga pasar saat ini berbeda.

4. Penilaian Inventaris

Perbedaan antara FIFO dan LIFO juga tercermin dalam penilaian inventaris. Dalam metode LIFO, aturan dari Kerangka Pelaporan Keuangan Internasional mencegah penggunaan LIFO ini untuk menilai inventaris. Ini berarti bahwa perusahaan menerapkan metode LIFO tidak diizinkan untuk menilai nilai inventaris mereka berdasarkan harga barang terbaru.

Di sisi lain, metode FIFO tidak memiliki pembatasan ini, yang berarti perusahaan dapat menggunakan FIFO untuk menilai inventaris mereka sesuai kebijakan internal dan regulasi berlaku.

5. Inflasi

Ketika terjadi inflasi, perbedaan antara FIFO dan LIFO juga mempengaruhi perhitungan pajak penghasilan atau PPh. Dalam metode LIFO, karena barang dijual atau digunakan dianggap berasal dari stok terbaru yang memiliki harga pembelian lebih tinggi, biaya barang dijual lebih tinggi.

Akibatnya, laba bersih dicatat menjadi lebih rendah, yang pada gilirannya dapat mengurangi jumlah pajak harus dibayarkan perusahaan. Sebaliknya, dalam metode FIFO, karena barang yang dijual dianggap berasal dari stok lebih lama dengan harga pembelian lebih rendah, biaya barang dijual cenderung lebih rendah. Ini dapat menghasilkan laba bersih lebih tinggi dan jumlah pajak lebih tinggi yang harus dibayarkan perusahaan.

6. Deflasi

Dalam kondisi deflasi, di mana harga-harga umumnya menurun, perbedaan antara FIFO dan LIFO juga mempengaruhi perhitungan pajak penghasilan atau PPh. Dalam metode LIFO, karena barang yang dijual atau digunakan dianggap berasal dari stok terbaru dengan harga pembelian  lebih tinggi, biaya barang yang dijual tetap tinggi meskipun harga-harga umumnya menurun.

Akibatnya, laba bersih dicatat menjadi lebih rendah, yang pada gilirannya dapat mengurangi jumlah pajak harus dibayarkan perusahaan. Sebaliknya, dalam metode FIFO, karena barang dijual dianggap berasal dari stok lebih lama dengan harga pembelian lebih rendah, biaya barang dijual cenderung lebih rendah, yang dapat menghasilkan laba bersih lebih tinggi dan jumlah pajak lebih rendah yang harus dibayarkan perusahaan.

Dengan memahami bagaimana FIFO dan LIFO mempengaruhi penilaian inventaris dan perhitungan pajak penghasilan dalam berbagai kondisi ekonomi, perusahaan dapat memilih metode paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan mereka.

Fungsi Metode LIFO

Fungsi metode LIFO (Last-In, First-Out) dalam pengelolaan persediaan memiliki peran penting dalam berbagai aspek. Berikut adalah beberapa peran utama dari metode LIFO:

1. Penilaian Persediaan yang Realistis

Penilaian persediaan yang realistis dapat dicapai dengan menggunakan Metode LIFO. Dalam metode ini, perusahaan menilai persediaan mereka dengan memperhitungkan biaya yang lebih baru atau lebih tinggi. Hal ini sangat bermanfaat terutama saat harga barang cenderung meningkat seiring berjalannya waktu.

Dengan prinsip bahwa barang terbaru yang dibeli adalah yang pertama digunakan, perusahaan dapat menghindari menilai persediaan mereka dengan nilai yang sudah usang dan tidak akurat. Ini membantu menjaga akurasi laporan keuangan dan memberikan gambaran yang lebih tepat tentang nilai persediaan perusahaan.

2. Pengurangan Beban Pajak

Metode LIFO juga memberikan manfaat pengurangan beban pajak. Di berbagai negara, penggunaan Metode LIFO dapat mengakibatkan pencatatan laba yang lebih rendah dalam laporan keuangan. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu, banyak perusahaan memilih Metode LIFO, terutama saat harga barang terus meningkat dari waktu ke waktu.

3. Manajemen Persediaan

Metode LIFO dapat menjadi alat yang berguna dalam manajemen persediaan perusahaan. Dalam beberapa situasi, perusahaan mungkin ingin mempertahankan tingkat persediaan yang lebih tinggi, baik untuk tujuan strategis maupun untuk menghindari kekurangan stok.

Dengan menggunakan Metode LIFO, biaya yang lebih tinggi dari persediaan yang lebih baru tetap tercatat, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi beban pajak. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menjaga tingkat persediaan yang lebih besar tanpa mengalami peningkatan beban pajak yang signifikan.

4. Manajemen Laba

Penggunaan Metode LIFO juga memiliki dampak pada manajemen laba perusahaan. Dengan memasukkan biaya yang lebih tinggi dalam perhitungan biaya barang yang dijual, perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih rendah dalam laporan keuangannya.

Hal ini dapat bermanfaat dalam situasi di mana perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang lebih konservatif kepada pemangku kepentingan atau untuk menghindari tekanan untuk membayar dividen yang tinggi.

Kirim Barang Lebih Murah di TrawLbens!

Sudah membaca tentang contoh, cara menghitung dan fungsi metode LIFO diatas? Bagi Anda pemilik bisnis kini tidak perlu khawatir jika ingin mengirim barang dengan harga murah. Dengan TrawLbens, Anda dapat mengirim barang dengan cepat dan hemat tanpa mengorbankan kualitas layanan.

Jasa pengiriman barang murah kami memberikan solusi yang tepat untuk kebutuhan pengiriman Anda dengan harga yang terjangkau. Dengan jaringan yang luas dan teknologi canggih, kami menjamin barang Anda tiba tepat waktu dan dalam kondisi yang baik, sementara Anda tetap menghemat biaya pengiriman.

TrawLbens adalah mitra pengiriman yang dapat diandalkan untuk membantu Anda mengirimkan barang dengan efisien dan efektif. Download aplikasi pengiriman barang dari TrawLbens untuk melakukan pengiriman barang harga termurah.

Yuk, klik banner ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pendaftaran driver truk Troben

Cek Tarif Troben!

Dapatkan tarif kirim barang, mobil, motor hingga sewa truk dengan harga termurah cuman di Troben. Saatnya buktikan sendiri!

Bagikan artikel