Reverse logistik merupakan salah satu penerapan yang mendukung program keberlanjutan lingkungan dalam jangka panjang. Tentunya, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan pengelolaan suatu barang dalam gudang.
Namun, istilah ini mungkin cukup asing terutama bagi Anda yang masih awam dalam bidang industri dan logistik. Berikut simak penjelasan selengkapnya pada artikel di bawah berikut ini!
Table of Contents
ToggleApa Itu Reverse Logistik
Reverse logistik adalah serangkaian proses dan aktivitas yang dirancang untuk mengelola aliran barang dari titik akhir konsumen kembali ke rantai pasokan atau asal produsen. Dalam konteks ini, “terbalik” mengacu pada arah berlawanan dari arus logistik konvensional, dimana barang berpindah dari produsen ke pengecer dan akhirnya ke konsumen.
Manfaat Reverse Logistik
Reverse logistik memiliki banyak manfaat baik untuk keberlanjutan lingkungan atau perusahaan. Berikut beberapa manfaat dari penerapan reverse logistik
1. Meminimalisir Kerugian
Proses pengembalian dan perbaikan produk secara efisien, dapat mengurangi kerugian yang timbul akibat produk cacat. Tentunya manfaat ini dapat meminimalisir kerugian dari produk yang terbuang ataupun biaya yang ditimbulkan.
2. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Pengembalian produk yang baik dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan citra perusahaan yang lebih positif. Hal ini dikarenakan pengalaman pada pelanggan yang positif dari proses lancar dan responsif.
3. Mengelola Limbah
Reverse logistik mendukung pengelolaan daur ulang untuk keberlanjutan lingkungan dalam jangka panjang. Tentunya, langkah ini bisa mengurangi dampak negatif yang terjadi pada pencemaran lingkungan.
4. Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasokan
Proses pengembalian atau retur juga dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan secara keseluruhan. Ini juga mencakup efisiensi persediaan barang yang lebih baik serta pemantauan secara efektif.
5. Mematuhi Regulasi
Penerapan Reverse logistik juga dapat membantu perusahaan mematuhi regulasi pada produk yang sudah tidak digunakan lagi. Ini juga berlaku terhadap regulasi lingkungan dan keamanan produk agar patuh hukum.
6. Mengembangkan Inovasi Produk
Dengan memahami alasan produk dikembalikan atau mengalami masalah, perusahaan dapat menggunakan informasi tersebut untuk inovasi produk. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas dan kecocokan produk dengan kebutuhan pelanggan.
Jenis Reverse Logistik
Penerapan Reverse logistic sebenarnya cukup beragam tergantung pada tujuan serta kondisi produk yang dikembalikan. Berikut beberapa jenis yang umum dilakukan dalam suatu industri perusahaan.
1. Retur Pelanggan
Jenis ini paling umum dilakukan dengan melibatkan pengembalian produk dari konsumen ke pengecer atau produsen. Pengembalian ini bisa terjadi akibat adanya rasa ketidakpuasan pada pelanggan saat menerima barang tersebut.
2. Retur Pabrik
Produk yang tidak lulus quality control di pabrik, maka akan dikembalikan ke sumbernya yang nantinya akan diolah atau diperbaiki. Proses ini melibatkan pengiriman produk dilakukan pada tahhap distrikbusi ke tahap produksi.
3. Retur Pemasok
Pemasok mungkin akan menerima produk kembali dari produsen atau pengecer karena berbagai faktor alasan. Misalnya produk tersebut kadaluarsa, kelebihan produksi, atau overstock.
4.Pengelolaan Produk Kedaluwarsa
Jika produk dikembalikan akibat sudah kadaluarsa, maka barang tersebut akan dikelola atau didaur ulang. Produk ini nantinya perlu melewati tahap penghancuran hingga dapat didaur ulang sesuai dengan ketentuan yang ditentukan.
5. Tukar Guling
Penerapan ini sudah diterapkan di beberapa perusahaan dengan mengadakan program tukang guling. Di mana pelanggan dapat mengembalikan produk lama saat membeli produk baru agar produsen bisa mengelola produk bekas tersebut.
Baca Juga: Regresi Logistik: Definisi, Jenis, dan Cara Kerjanya
Cara Kerja Reverse Logistik
Cara kerja logistik ini terdiri dari beberapa tahapan yang cukup panjang. Simak penjelasannya di bawah berikut ini:
1. Penerimaan Produk
Proses ini dilakukan saat produk yang dikembalikan datang di pusat distribusi atau penerimaan barang. Informasi yang dimuat mencakup tentang pengembalian, alasan, nomor referensi. Tujuannya pencatatan ini untuk memudahkan pelacakan serta analisis lebih lanjut.
2. Registrasi dan Identifikasi
Setelah penerimaan produk diterima, produk tersebut akan diregistrasikan dan diidentifikasi dengan melibatkan pencatatan informasi untuk melacak produk selama proses berlangsung. Informasi ini meliputi nomor seri, nomor SKU, dan detail produk lainnya.
3. Evaluasi
Selanjutnya, produk akan dievaluasi mencakup kondisi selama barang Produk kemudian dievaluasi untuk menentukan kondisinya. Apakah produk masih baru, memiliki kerusakan kecil, atau mengalami kerusakan signifikan akan mempengaruhi keputusan selanjutnya.
4. Keputusan
Dari evaluasi yang sudah dilakukan, selanjutnya adalah menentukan keputusan apakah produk tersebut dapat dijual kembali atau memerlukan perbaikan ulang dan sebagainya. Keputusan ini diambil berdasarkan kebijakan perusahaan sesuai dengan kondisi produk.
5. Pemrosesan Fisik
Produk yang sudah dikembalikan ke tempat persediaan barang, maka harus melakukan pemrosesan fisik kembali. Kegiatan ini meliputi pengemasan ulang, pembersihan produk dan perbaikan kecil sebelum produk dikembalikan ke persediaan.
Baca Juga: Mesin Frais: Pengertian, Fungsi, Jenis, Cara Kerja
6. Manajemen Persediaan
Tahap ini merupakan pengintegrasian kembali suatu produk ke dalam sistem manajemen persediaan. Sistem manajemen ini meliputi aktivitas pembaruan stok, koordinasi departemen, dan cek ketersediaan produk.
7. Pengiriman ke Pemasok
Produk yang akan melakukan perbaikan dan proses lebih lanjut akan dikirim ke pemasok atau pabrik. Pengiriman ini bertujuan untuk melakukan perbaikan ulang, penggantian komponen, dan pengecekan produk kembali agar dipastikan dalam kondisi baik.
8. Daur Ulang
Jika produk tidak dapat dijual atau diperbaiki kembali, kemungkinan akan diarahkan untuk melalui proses daur ulang. Proses ini mencakup pemisahan material untuk pengelolaan limbah yang dilakukan sesuai dengan regulasi untuk keberlanjutan lingkungan.
9. Analisis Pelaporan
Seluruh proses wajib melakukan pelaporan dan analisis sesuai dengan data yang sudah dicatatkan. Data ini nantinya digunakan untuk memahami kinerja Reverse logistik secara keseluruhan termasuk tren dan alasan pengembalian produk dilakukan.
10. Peningkatan Proses
Setelah melakukan analisis data, perusahaan dapat mengidentifikasi area atau bagian mana yang butuh peningkatan. Tahap ini mencakup efisiensi operasional, perbaikan dan penanganan produk, hingga manajemen persediaan yang lebih baik.
Demikian penjelasan apa itu Reverse logistik yang memiliki banyak manfaat dalam jangka panjang. Jika Anda hendak melakukan retur atau pengembalian dengan aman, tetap selalu andalkan Troben sebagai jasa pengiriman barang yang terpercaya. Tunggu apa lagi? unduh aplikasi kirim barang dari Troben sekarang!